Masa remaja adalah suatu tahap
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal
pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria
dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya
kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu
mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Masa remaja merupakan masa
peralihan dari anak menuju dewasa. Pada masa ini seorang remaja sudah bukan
anak-anak lagi, namun belum dapat dikatakan dewasa.
Remaja mengalami masa
peralihan sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan
sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang timbul sesudah pemasakan seksual
(pubertas). Masa peralihan tersebut diperlukan agar remaja mampu memikul
tanggung jawab dalam menguasai tugas-tugas perkembangan yang diperlukan pada
masa dewasa (Hurlock,1999). Gunarso dan Gunarso (1991), mengatakan bahwa masa
remaja merupakan suatu periode yang unik dan selalu menarik untuk dipantau,
karena merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Remaja pada masa transisi dipersiapkan untuk memasuki kedewasaan dan
kematangan baik dari segi emosi, inteligensi dan sosialnya.
Hal yang sering menjadi masalah bagi
remaja salah satunya adalah perilaku emosional yang sering tidak terkendali
pada remaja. Tingkat emosi yang tidak terkendali inilah yang dapat menyebabkan
masalah bagi individu maupun masyarakat sekitar yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir.
Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap stimulasi
yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam berbagai
aktivitas pada bayi yang baru lahir. Kemampuan mengekspresikan emosi pada
manusia adalah kemampuan yang harus dipelajari, oleh karena itu stimulasi emosi
yang tepat dan akurat terhadap konteks perlu di ajarkan pada anak-anak agar
mereka dapat beremosi dengan tepat semasa berhubungan dengan dunia sekitarnya.
Sedangkan pada remaja, emosi dapat
terlihat pada perilaku dan tindakan yang ia lakukan. Emosi ini dapat meningkat
ataupun menurun tergantung pada stimulus apa yang remaja dapatkan, entah
stimulus positif maupun negatif. Tingkatan emosional pada remaja dapat di
pengaruhi oleh faktor apa saja yang mendukung, salah satu contohnya adalah dari
musik. Musik merupakan salah satu hal yang mempunyai pengaruh pada kehidupan manusia,
mulai dari bayi hingga seseorang menjadi dewasa. "Musik sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat,
ritme, dan harmony". "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi
jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat
sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak
ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak
bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol.
Ada suatu istilah yang disebut "head banger", yaitu suatu gerakan
memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu
mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah
mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur.
Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Musik yang yang lembut ataupun keras
dapat mempengaruhi tingkat emosi pada seseorang. Salah satunya adalah musik
rock, musik yang bergenre keras ini selalu membuat para penikmat dan pecinta
musik rock tentunya ikut bergoyang, loncat-loncat, maupun berteriak-teriak
dengan suara yang keras. Apapun yang dilakukan ini adalah sebuah pengekspresian
diri dari luapan emosi yang ada dalam diri tiap individu khususnya remaja.
Masalah inilah yang melatarbelakangi penelitian ini, penulis berusaha mencari
tahu apakah ada pengaruh musik rock terhadap tingkat emosional pada remaja
Masa remaja adalah suatu tahap
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal
pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria
dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya
kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu
mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka.
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari anak menuju dewasa. Pada masa ini seorang remaja sudah bukan anak-anak
lagi, namun belum dapat dikatakan dewasa. Remaja mengalami masa peralihan
sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian
diperoleh melalui usaha sendiri yang timbul sesudah pemasakan seksual
(pubertas). Masa peralihan tersebut diperlukan agar remaja mampu memikul
tanggung jawab dalam menguasai tugas-tugas perkembangan yang diperlukan pada
masa dewasa (Hurlock,1999). Gunarso dan Gunarso (1991), mengatakan bahwa masa
remaja merupakan suatu periode yang unik dan selalu menarik untuk dipantau,
karena merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Remaja pada masa transisi dipersiapkan untuk memasuki kedewasaan dan
kematangan baik dari segi emosi, inteligensi dan sosialnya.
Hal yang sering menjadi masalah bagi
remaja salah satunya adalah perilaku emosional yang sering tidak terkendali
pada remaja. Tingkat emosi yang tidak terkendali inilah yang dapat menyebabkan
masalah bagi individu maupun masyarakat sekitar yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir.
Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap stimulasi
yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam berbagai
aktivitas pada bayi yang baru lahir. Kemampuan mengekspresikan emosi pada
manusia adalah kemampuan yang harus dipelajari, oleh karena itu stimulasi emosi
yang tepat dan akurat terhadap konteks perlu di ajarkan pada anak-anak agar
mereka dapat beremosi dengan tepat semasa berhubungan dengan dunia sekitarnya.
Sedangkan pada remaja, emosi dapat terlihat pada perilaku dan tindakan yang ia
lakukan. Emosi ini dapat meningkat ataupun menurun tergantung pada stimulus apa
yang remaja dapatkan, entah stimulus positif maupun negatif. Tingkatan
emosional pada remaja dapat di pengaruhi oleh faktor apa saja yang mendukung,
salah satu contohnya adalah dari musik.
Musik merupakan salah satu hal yang
mempunyai pengaruh pada kehidupan manusia, mulai dari bayi hingga seseorang
menjadi dewasa. "Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik
memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony". "Beat
mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi
roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah
dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam
konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan
dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Ada suatu istilah yang disebut
"head banger", yaitu suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti
irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa
lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang
memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng.
Musik yang yang lembut ataupun keras dapat mempengaruhi tingkat emosi pada
seseorang. Salah satunya adalah musik rock, musik yang bergenre keras ini
selalu membuat para penikmat dan pecinta musik rock tentunya ikut bergoyang,
loncat-loncat, maupun berteriak-teriak dengan suara yang keras. Apapun yang
dilakukan ini adalah sebuah pengekspresian diri dari luapan emosi yang ada
dalam diri tiap individu khususnya remaja. Masalah inilah yang melatarbelakangi
penelitian ini, penulis berusaha mencari tahu apakah ada pengaruh musik rock
terhadap tingkat emosional pada remaja.
0 komentar:
Posting Komentar